Kemahabesaran Sok Tahu

Reza kader HmI MPO Cabang Palu
Penulis: Reza Purnomo Putra

Sebenarnya yang kita takutkan dari keberanian berpikir adalah membludaknya hasrat "sok tahu"
ketimbang dorongan untuk "ingin tahu".  Pertama karena, hasrat "sok tahu" kerap melahirkan kebenaran-kebenaran prematur. Sebuah kebenaran prematur biasanya mengandung "penggal-penggal" pengetahuan, pengkultusan tanpa filter, dan argumen yg dibarengi hasrat utk mencitrakan diri. Secara umum kebenaran prematur ini, diprodiksi oleh 99 %  sentimen dan 1 % argumen.

Tentu sebagai sebuah kebenaran, kebenaran prematur punya metodologi tersendiri. Dalam metoda kebenaran prematur, seseorang lebih dulu mengamankan argumen, tanpa melakukan analisis. Yang kedua, kebenaran prematur kerap melompat dari fakta ontologis dengan akibat-akibat aksiologis yg ia ciptakan dan direduksi menurut selera akal butanya. Kebenaran prematur tentu melompat tanpa melalui uraian epistemologis. Jika semua struktur-struktud diatas bekerja secara tersistem, maka lahirlah apa yang disebut "Kemahabesaran Sok Tahu".

Sudah begitu, ketakutan abad ini  (baca : abad informatif, kata Alvin Toffler) juga sebenarnya adalah kemahakuasaan Sok tahu itu. Kemahakuasaan sok tahu selalu mencari jalan lain dengan cara berdalih tanpa mendekati titik fokus. Dalam sebutan yang lain, kemahakuasaan sok tahu, digeluti oleh improvisasi yang berlebihan yg minus referensi  dan jauh dari pondasi akal sehat. Dalam belantara kemahabesaran sok tahu ini, seseorang biasanya hilang lalu dicekal balik bahkan termakan oleh argumennya sendiri. Disini orang-orang dengan mental "mengarang bebas" kerap bermain tanpa titik berangkat dan tuju yg pasti. Singkatnya kemana angin bertiup, kesitu argumen melambai.

Dalam kemahaluasaan ilmu pengetahuan, kemahabesaran sok tahu tentu sangat berbahaya bahkan tak baik bagi kesehatan keilmuan. Tentu karena dengan kemahabesaran sok tahu ini, orang kemudian menjadi sulit membedakan mana yg sebenarnya terbangun atas spirit ingin tahu dan mana yg terbangun diatas landasan sok tahu.

Olehnya itu patut dibedakan dengan baik. Mereka yg bergerak atas dasar ingin tahu, biasanya beranjak dari satu titik pijak ke titik pijak lain. Mereka punya landas berpikir sebelum berangkat dan melakukan ulasan, sebelum sampai pd kesimpulan. Sedangkan, yg bergerak dalam spirit sok tahu biasanya meraih kesimpulan tanpa berdiri pada landas pikir awal. Jadinya menggantung. Tak heran, jika kebenaran yang  disampaikan sulit ia  terima. Bahkan bertindak  anarkis dan membabi buta. Alhasil argumen akan ditukar murah emosi ketimbang menyetor referensi.

Sudah begitu, dalam kemahabesaran sok tahu  kekerdilan berpikir dipraktikan secara khusyuk, kebodohan dipamerkan secara fantastis, lalu rasionalitas dibunuh di tiang gantungan. Ia tak paham, dengan begitu peti mati akal sehat sementara diturunkan ke liang lahat.

Maka demikian memperkaya jiwa dengan ilmu tentulah dibutuhkan dalam mengelahkan semua ke sok tahu menjadi argumentatif yang di pertanggungjwabkan.

Yakusa

Palu 25 maret 2018

0 Response to "Kemahabesaran Sok Tahu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel