Tersipu Malu Bapak Tua
Penulis: D. F. Buton
Malam yang indah ku langkahkan kaki beranjak dari tempat
berteduh dari hujan dan panasku, mencari inspirasi jiwa dalam keheningan dan
kesepian pikiran. Berjalan menuyusuri himpitan malam dan terhinggap pada salah
satu caffe di jalan Boulevard Kota Manado yang menghidangan si hitam yang lebih
dari semua penduduk dunia mengetahuinya dan bahkan sering menikmatinya.
Inilah malamku dengan berbekal rupiah seadanya mengadakan si
hitam yang ditemani pacarnya dari bangsa yang berbedah dunia “Rokok”. Mungkin terlihat
sederhana dan tak menjamin kenyamanan bagi sebagian orang, tapi apalah mau
dikata itulah tolak ukur kenyamananku.
ketika dalam kesederhanaan yang ada, terjadi sebuah
peristiwa yang mungkin semua orang pernah mengalami ketika menikmati malam pada
sebuah Caffe tempat berkumpulnya banyak orang tentulah pasti menemukan beberapa
anak muda kreatif yang bermodalkan gitar dan nyanyian datang menghibur dengan timbal
balik seadaanya.
Tapi malamku ini berbedah. Ditengah keramaian orang yang
sibuk dengan aktivitas masing-masing terdengar nyanyian dari luar Caffe yang
membuat mata yang sibuk itu berpaling dengan serentaknya kearah suara berasal, termasuk
saya yang smentara mengotak atik laptop mencari bahan untuk menulis. Hehehe
Sungguh diluar kebiasan penemuan kita yang melantunkan
nyanyian bukanlah segerombol anak muda kreatif seperti penuturan diatas,
melainkan yang telihat adalah seorang bapak tua yang biasa menjaga parkiran
diluar caffe yang bernyanyi dengan tingkat keseriusan seperti ekspresi ilmuwan
dunia Albert Einsten yang memegang jidatnya ketika sedang berpikir keras. Klau tidak salah lagu yang dinyanyikan adalah lagu dari Band
tahun 90an‘SPOON’ dari malaysia yang sebagian liriknya seperti ini.
Rindu Serindu rinduny.
Namun engkau tak mengerti oh..oh.
Pilu sepilu pilunya.
Namun engkau tak perduli.
Semua yang berpaling melihat bapak
tua itu kelihatan dari raut wajahnya seakan berbagai pertanyaan timbul dibenak
masing-masing, saya sendiri hanya berpikir. Ooh mungkin om kedinginan sto. Hehehe.
Apalagi ketika Bapak tua itu mengangkat suaranya agak lebih tinggi seakan sepert
kita melihat live perfome vokalis asli Spoon band ketika memasuki pragraf kedua
dari lagu demikian.
malu..
semalu malunya,
namun apa daya orang taksudi.
Mahu semahu mahunya ,
namun apadaya orang dah benci.
Sontak semua yang melihat tersenyum kegirangan, ada yang mengangkat tangan
mengacungkan jempol ada berteriak ‘bakuku’. bapak tua yang sadar aksinya
membuat semua mata tertuju padanya, berbalik dengan senyuman khasnya yang
tampak malu-malu, karena tanpa dia sadari ketika menghayati nyanyiannya banyak
mata yang melihatnya. hehe
Klau saya sendiri pergi menghampiri bapak dan
mengatakan om boleh Request lagu selimut tetangga dari Republik band, biar lengkap
dengan lagu malu-malu tadi. Bapak tua itu berbalik memandang saya dan mengatakan. Ade so
mau pulang?? ya om orang ada suru manyanyi lagu ini pigi bale batanya! hehehe
Tapi tak apalah walaupun malu sebenarnya si. Positif thinkinglah.
Mungkin karena Bapak tua tiba-tiba kembali sadar klau tugasnya menjaga parkiran bukan
untuk nyanyi-nyanyi. Mungkin juga bapak tua itu tak mengerti Request itu sejenis makanan apa
atau kemungkinan juga memang bapak tua betul betul tak mengerti sama sekali
dengan maksud saya. Hehehe
Sekilas malamku ini yang tak seberapa ini, Ungkapan rasa
terima kasih sebesarnya kepada bapak tua tadi yang membuat malamku ini berwarna
dengan tawa ditengah kebisingan malam perkotaan, terlebih karena bapaktua tadi
saya mendapat inspirasi untuk menulis untuk malam ini. Hehe
Manado Kamis 3 Mei 2018
0 Response to "Tersipu Malu Bapak Tua "
Post a Comment