Pemberontakan menuju Kebebasan



Penulis: Eka Dwi Putra
Pada dasarnya manusia sangat senang dengan yang namanya kebebasan, Yang dimana manusia tidak ingin di kekang ataupun di batasi tindakan maupun pemikirannya.
Tetapi kebebasan ini tidak berlaku lagi dijaman millenial ini yang dimana manusia sudah dibatasi oleh suatu keyakinan dan kepercayaan. Hal ini sangat di sayangkan bagi masyarakat pada umumnya.Karena kebebasan adalah suatu cara untuk mencapai kebennaran.

Tetapi, dijaman millenial ini masyarakat pada umumnya hanya memilih duduk diam dan berpangku kaki dan seakan menerima apa yang mereka para kaum intelektual atau agamais katakan.

Padahal ketika kita kembali ke ruang sejarah khususnya di negeri kita ini, para pahlawan terdahulu, kenapa mereka bisa memerdekakan negeri kita ini adalah salah satunya dengan kebebasan yang tidak di batasi yang dimana pemikiran dan tindakan mereka hanya ingin mencapai tujuan.

Kebebasan adalah salah satu hal yang penting, dimana kebebasan akan berdampak kebaikan. Tetapi seketika salah satu seorang pemimpin yang biasa dijuluki dengan Bapak pembangunan. memimpin selama 32 tahun, beliau seakan mencabut kebebasan-kebebasan yang ada pada masyarakat pada umumnya, yang pada dasarnya beliau sudah mengetahui bahwa akan terjadinya yang namanya reformasi.

Oleh karena itu terjadi lah pembentukan ormawa yang ada di setiap universitas di Indonesia yang pada saat itu tugas ormawa untuk membungkam para mahasiswa agar supaya tidak menyuarakan yang namanya reformasi. Tetapi hal ini sangat di sayangkan karena analisa beliau dengan semangat para mahasiswa pada saat itu, lebih besar semangat para mahasiswa pada saat itu. Yang dimana seketika jiwa beliau terguncang setelah mendengar teriakan Reformasi dan keadaan pun berpihak kepada mahasiswa yang di mana si penyambung lidah rakyat ini mampu mengugurkan setangkai daun yang rindang. Itulah kenapa teriakan mahasiswa sangat berpengaruh pada saat itu.

Waktu pun seakan berlalu dimana para mahasiswa sudah lupa dengan tugas sakral mereka. Teriakan-teriakan mahasiswa yang lantang pada saat itu pada masa ini terkunci rapat. Mulut di bisukan tindakan di diamkan seakan tidak berguna lagi untuk menjadi mahasiswa.
Jaman sudah di ambil lagi oleh para kaum penindas yang dimana kaum penindas sudah merubah pola pikir para sang pejuang rakyat, menjadi budak negara. Iming-iming finansial sudah membutakan mata batin dan pola pikir para pejuang rakyat.

Para pejuang rakyat pun sudah lupa dengan yang namanya sumpah mahasiswa. Yang bertanah air satu tanah air tanpa penindasan, yang berbangsa satu bangsa yang Gandrung akan keadilan,berbahasa satu bahasa tanpa kebohongan. Tiga sumpah yang sudah tidak lagi di terapkan kepada diri para pejuang rakyat, dan mungkin tiga sumpah yang sengaja sudah dilupakan karena takutnya kehilangan finansial.

Terlebih lagi disayangkan bahwa seketika para pejuang rakyat telah keluar dari yang namanya pengekangan, mereka tidak merubah pengekangan tersebut, mereka malah mengikuti arus jalannya penindasan. Yang dimana seketika mereka sudah masuk kedalam sistem, mereka akan mengikuti aturan sistem itu sendiri dan tanpa mereka sadari mereka telah melakukan penindasan.

Dan disinilah bahwa pisau analisa saya berjalan dan ternyata tempat itu hanya melahirkan kaum-kaum penindas.

Manado 5 Mei 2018

0 Response to "Pemberontakan menuju Kebebasan "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel