Pemerintah Sula JANGAN NEPOTISME
Penulis: D. F. Buton
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau “cucu”, Isme 'paham', secara istilah berarti mendahulukan anggota keluarga dalam memberikan pekerjaan atau hak istimewa (Chambers Murray Latin-English Dictionary, 1983).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang saya baca, nepotisme dapat berarti.
(1) perilaku yang memprlihatkan kesukaan yang berlebihan kepada kerabat dekat
(2) kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak sudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah
Nepotisme sering terjadi di sektor pemerintahan/swasta, terutama dalam pengangkatan untuk instansi kepemintahan dan ini dianggap wajar bagi sebagian kalangan saat ini. Dampak dari praktik ini akan terasa adalah terjadi masalah dalam kualitas pekerja, pekerja kurang berwawasan atau tak kompeten sehingga kinerjanyapun patut diragukan.
Terlebih didalam dunia pemerintahan dalam hal tender mentender proyek pembangunan daerah. Pemerintah mestilah menseleksi lebih objektif dan tak nepotisme sebab berpengaruh pada stigma buruk berdemokrasi dan secara personal pemimpin dalam masa kepemimpinannya. Karena terkesan memperkaya diri sendiri secara tidak langsu
Bagi seorang pemimpin ulung tentulah mengetahui bahwa langkah yang diambil haruslah menghindari problem publik yang berdampak padanya. Karena nepotisme tetaplah beraroma busuk. Meskipun anak-anak, dan saudara-saudaranya berlebel mulia. Karena nepotisme bertentangan dengan etika global (Bartono dan Novianto, 2005).
Sejarah membuktikan setiap pemimpin nepotis ini akan meminta bawahan untuk bersifat patuh dan mematuhi seluruh perintahnya demi mencapai tujuan dan ambisinya. Tipe pemimpin seperti ini sepaket dengan Korupsi dan kolusi. Hehhe
Karena bagi pegawai yang masuk melalui jalur pintas atau praktek nepotisme ini memiliki perasaan berhutang budi kepada orang-orang yang bekerja atau kantor, karyawan yang suka memiliki rasa segan, pendapat atasannya lebih diutamakan meskipun tak pro rakyat.
Praktik nepotisme jelas berbahaya dan menyakitkan bagi negara/daerah yang berkembang karena pegawai/pekerja tak dinilai berdasarkan kualitas melainkan asas kekeluargaan tentu pastilah banyak orang yang harus hidup di bawah standar kata sejahtera.
Maka bagi seorang pemimpin yang terpilih atas janji kesejahteraan rakyat, meskilah lebih teliti dalam menginspeksi pegawai/pekerjanya. Karena nepotisme yang membudaya dan berkelanjutan, mampu mengikis nilai-nilai moralitas melalui keputusan non-etis yang mencerminkan suatu periode memaknai keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
Demikian begitu buruknya praktek nepotisme tersebut. Dengan begitu banyak contoh yang ada seharus menjadi pelajaran penting bagi pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sula yang sedang giat-giatnya membangun. Alangkah indahnya mampu menghindar dari hal serupa.
Sebagai anak daerah maka saya mengkritisi dan jangan jadi orang dungu yang menganggap kritik sama dengan menghina, karena kritik adalah kata keren dari mengingatkan.
Salam dad hia ted sua
Manado 30 Mei 2018
0 Response to "Pemerintah Sula JANGAN NEPOTISME"
Post a Comment