Telaah Kritis Esensi Cinta dalam Berpacaran
Sumber: www. Facebook.com |
Beberapa minggu belakangan ini fokus pemikiran saya sedang beralih dari pemikiran ketuhanan ke arah percintaan. Bagi mereka yang sudah seumuran saya, ini adalah bahasan yang sangat sensitif. Maka jangan tanyakan alasannya. Hehe
Fenomena Pacaran dan cinta
Setiap manusia di muka bumi in juga tahu bahwa unsur terpenting dalam pacaran adalah rasa cinta. Namun anda jangan tanyakan pada saya mengenai definisi cinta, karena sudah ada ratusn pemikir dan ilmuwan mncoba mendefinisikan arti kata itu, namun tak ada yang sungguh bisa menjelaskannya.
Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa pandangan yang paling umum, yang paling populer, tentang cinta slalu melibatkan unsur “menerima” sesuatu. Saya menyukai coklat berarti saya menikmati pengalaman, ketika sedang mengecap rasa coklat di dalam mulut saya.
Dengan pola yang sama, ketika kita mengucapkan aku cinta padamu, hal ini dapat saja berarti saya menikmati berhubungan seksul dengan kamu, atau saya menikmati keyakinan bahwa kamu akan memberikan saya kenyamanan dan perlindungan.
Setelah pacaran, tentu sebuah konflik tak akan pernah lepas dari keseharian anda bersama pasangan kita. Dengan adanya konflik, seakan hubungan kta telah diberi garam, micin dan perasa lainnya sehingga hubungan tersebut menjadi lebih berwarna. Kalau tidak ada hasrat, tidak ada konflik, tidak ada api, bagaimana bisa merasakan sulitnya membangun sebuah pondasi cinta milik kita? Hehe
Jika telah mengucap cinta, berarti kita sudah siap dalam suatu keadaan yang traumatis, yang tak terduga, dan yang mengancam kita dengan perbedaan yang ia tawarkan. Barangkali perbedaan pendapat dlam sebuah hubungan adalah hal yang wajar seperti apa yang diungkapkan oleh filsuf slavoj Zizek 'kita perlu untuk siap pada yang tak terduga, tak tertebak, yang mengancam kita untuk mengubah segala hal yang kita pegang selama ini.
Dalam hubungan pacaran, mudah sekali untuk mencintai orang yang memberi kita kedamaian. Mudah sekali juga untuk mencintai orang yang memberikan kita kebahagiaan. Namun, realitas tidak seperti itu. Banyak pasangan berpisah, karena mreka tidak siap pada yang tak terduga, yg mungkin muncul di dalam hubungan mereka.
Jacques Lacan, seorang pemikir asal Prancis, di dalam berbagai tulisannya, melihat gejala ini sebagai suatu bntuk polymorphus perversion, atau (keanehan yang beragam). Karena dengan tingkatan intelek masing-masing kita tahu apa resiko yang akan kita alami jika gagal dlam keanehan ini. Bahkan sebagian orang sepakat dan mengatakan bahwa kita seringkali mengimpretasi cinta di tempat yang salah.
Melihat dinamika aneh itu kita meskilah sepakat dengan perkataan, Lacan, bahwa manusia adalah mahluk yg berlubang. Bukan brlubang secara fisik, tetapi ia memiliki lubang dalam jiwanya yang terus menuntut untuk diisi. Isinya bisa macam-macam, mulai diisi dengan barang-barang mewah, teman, pacar, cinta.
Dalam pandangan islam pacaran atau hubungan demikian, di larang dan tidak dianjurkan dalam penganutnya karena dipandang merugikan (haram) keduanya sebagai mahluk tuhan karena lebih banyak mudharatnya dan lebih mengedepankan pernikahan( halal)demi penyempurnaan cinta kepada tuhannya, islam tak alergi dgan Cinta.
Sebab didlam kajian tasawuf islam. Cinta adalah modal seorang sufi dalam menapaki kehidupan spiritual. Oleh kalangan sufi cinta diistilahkan dengan mahabbah. Dalam tasawuf mahabbah merupakan sebuah maqam (jenjang spiritual yang harus dilalui seorang salik). Setiap hamba memiliki tujuan untuk mendapatkan mahabbah. Oleh sebab itu Imam al-Ghazali menjadikan mahabbah sebagai puncak peribadatan.
Di tengah kegaduhan realita percintaan yang sendu terkesan keluar jalur ini sayak mengajak kita untuk berkontemplasi secara komprehensif mengenai hubungan percintaan yang memerah tenaga ini. Hehe
Manado 7 juni 2018
0 Response to "Telaah Kritis Esensi Cinta dalam Berpacaran"
Post a Comment